Tepat nya awal november, pengalaman baru menghampiri lagi yakni pengalaman baru yang aku benar benar beruntung bisa menjadi salah satu para relawan dari salah satu seribu banyaknya relawan. Menjadi relawan di negri sendiri sebenarnya belum pernah, tapi berani aja untuk jadi relawan di negri orang. Ya tanpa banyak berpikir, saat bersamaan pikiran untuk menjadi relawan hanya ingin membantu orang orang yang sedang butuh bantuan, hanya itu. Sebenarnya juga kuota para relawan juga sudah di tutup, danitu belum termasuk aku. Sore menjelang maghrib ada notif dari grup Ppi memberitahukan beberapa teman kita sedang dalam perjalanan menuju kota Izmir sebagai relawan. Dan malam nya Qodarullah aku bersama kakak yang satu rumah denganku, kita berangkat bareng dini hari. Dengan niat lillahi ta'ala aku berangkat tanpa meminta izin ke orangtua ku karena waktu turki yang sudah malam juga.
Sesampainya di kota yang baru beberapa hari lalu terkena musibah besar, sungguh kami sebenarnya sedikit bingung mau hal apa yang akan kami lakukan, di medan area mana kami akan membantu para warga, tetapi aku yakin Allah selalu memudahkan setiap insan yang berbuat kebaikan, Alhamdulillah setelah menghubungi beberapa penanggung jawab dari warga turki sendiri, kita diarahkan untuk pergi ke posko pengunsian. Benar benar kaget dengan medan yang menjadi posko dimana semua warga di evakusasi karena rumah asli tempat tinggal mereka sedang dalam perbaikan. Cukup banyak rumah dan bangunan yang hancur karena bencana gempa awal november 2020 di kota Izmir, aku yang masih di kota Bursa juga merasakan sedikit gempanya yang berasal dari kota Izmir. Datang menjadi relawan, membantu para saudara selama 2 hari tentunya banyak cerita, kisah, pelajaran, momen yang sangat membekas untuk kami yang sangat beruntung bisa mewakili Indonesia untuk memberi senyuman untuk saudara kita di Turki.
Menjadi relawan di negri orang tentunya punya rasa dan sensasi yang sangat berbeda, memberikan senyuman kembali kepada para warga yang sekarang tinggal sementara di tenda yang disediakan oleh pemerintah setempat, baik sang kecil yang tak mengerti sedang apa yang terjadi sampai para ibu tua yang mengeluarkan rasa sedihnya atas kejadian yang menimpa mereka.
Sungguh sering ku merasa rasa iba, banyak rasa kasihan, dan banyak rasa ingin menopang setiap kegelisahan mereka. Tetapi disisi lain rasa syukur tak ada hentinya, rasa syukur bisa hadir membantu dan memberikan senyuman tulus pada mereka, rasa syukur ternyata masih ada orang yang lebih pantas mengeluh dari aku. Apalagi saat mata ini benar takjub melihat keberagaman orang tak ada rasa capeknya untuk melayani para warga dari mata terbuka sampai mata pun mau terbuka kembali. Datangnya bantuan dari berbagai kota dengan bantuan yang tak ada habisnya, dan semuanya tak ada yang berbayar. Bukan hanya makanan atau bantuan yang bentuk sebagai barang, bahkan jasa juga tak pernah hilang bahkan habis enerjinya sedikitpun. Seorang kakak tingkat berkata pada kami " mungkin kalian lihat keadaan sekitar seperti tidak ada apa apa, seperti bukan posko pengungsian karena bantuan warga turki yang sangat hangat itu menutup luka sedikit mereka, tapi hayatilah kawan mereka sebenarnya merasa tidak baik, ada yang luka dari kehidupan mereka. Layaknya seperti kita jatuh dari sepeda mungkin lukanya kecil, tapi apakah dia benar benar merasa tak ada sesuatu yang terjadi pada dirinya..".
Pulang dan meninggalkan tempat yang mengajarkan ku atas banyak hal sangat berat rasanya, terlalu banyak nilai kebaikan. Rasanya tidak ada nilai keburukan yang sedikit terpikir, hanya satu pikiran yang selalu muncul di benak tempat itu yakni aku tak mau pulang dengan sia sia, senyuman mana lagi yang ingin ku ihat dengan tangan mata ku. Semoga masih ada tempat dan momen seperti ini yang memberi kesempatan pada ku untuk menoreh kisah selanjutnya. Izmir adalah kota yang selalu kutunggu agar aku bisa hadir untuk melihat keindahannya, tapi skenario Allah tentunya lebih indah dan ajaib yang begitu sangat membekas sebelum genap 20 tahunku.
Comments
Post a Comment