Sore itu, awalnya dengan ekspektasi akan memberi suprise untuk salah satu teman yang baru saja pulang dari Indonesia, tapi nyatanya apa yang memang kita rencanakan jika beda dengan skenario Allah akan berbeda
Awalnya kita mau bikin suprise dengan jemput dia di otogar (terminal bis) tapi gagal. Namanya kejutan pastinya dong kita bikin hari ini akan mengejutkan buat dia, dan jelas dong kita tanpa mengabari apapun ke dia. Setelah siang dari kampus langsung nunggu di halte depan kampus untuk menunggu bis langsung ke terminal dan datang bisnya satu setengah jam sekali. Lama banget tapi ku tunggu benar benar sendiri sambil ku mainkan handphone karena kegabutan itu. Alhasil karena tak kunjung datang, ku jalan ke halte yang sekiranya lebih sering dilewati oleh beberapa bis. Perjalanan sektar 1 jam kurang, sampai di terminal setelah akhirnya sampai ku hubungi teman yang sudah menunggu di terminal beberapa jam sebelumnya. Kekecewaan yang ada, orang yang mau kita jemput sudah pulang sendiri dan dia tanpa mengabari aku juga sudah dalam perjalanan pulang. Ku tutup telpon dengan nada kesal, astaghfirullah
Dan azan maghrib menyambutku, ku gerakkan hati dan kaki ke musholla terdekat. Mau marah dan kesal dengan dia tanpa mengabari aku tapi ku rasa hanya buang amarah sia sia, dengan marah apakah kondisi akan kembali. Sudah lah hari ini adalah pelajaran memaafkan. Maafkan dia, maafkan juga diri mu. Mencoba menenangi diri, jalan sendiri dan masuk mall terdekat di depan terminal. Sungguh masalah didepan mata tergantung bagaimana kita menyikapi. Masalah mu bisa lebih buruk dengan prespektif mu, tapi masalah bisa jadi lebih indah dengan prespektif mu juga. Tinggal bagaimana kita menyikapinya saja.
Beberapa bulan belakang, aku sempat tersadar aku susah dalam minta maaf ke orang, tapi memaafkan mudah ku lakukan. Bertanya pada diri? Keengganan untuk memulai berdamai karena kegengsian, malu, takut dan negatif lainnya. Kembali ku tanyakan minta maaf adalah suatu nilai kebaikan, yang namanya kebaikan berdampak positif lalu kenapa muncul sisi kenegatifan? Gara gara pikiran itu yang kita prasangka bukan memperbaiki keadaan,bahkan memperburuk. Terkadang gengsi menghambat kebaikan kecil yang nilainya besar.
Mulai sekarang katakan pada diri MINTA MAAF DAN MEMAAFKAN adalah hal mulia,hal mulia, hal mulia, berarti kau mulai menciptakan kedamaian.
Kalau kalian sendiri bagaimana dalam hal ini teman teman? sulitkah memulai untuk berdamai baik pada diri sendiri maupun orang lain. Bagi cerita mu yaa...
Comments
Post a Comment